Sebenernya saya paling males nih bahas politik. Tapi karena keseringan liat di sosmed postingan orang-orang politik mulu sayajadi tergelitik buat ngebahasnya di sini. Iya, di sini aja, gausah di sosmed juga deh, takut juga ntar jadi bentrok sama temen-temen yang terlalu fanatik dukung pilihannya. Jujur, 23 tahun hidup baru kemarin saya ikutan pemilu. Dari sebelum hari H pemilu udah banyak yang tanya kalo saya ini 01 atau 02 dan saya tetep konsisten menjawab “RAHASIA”.
Iya, saya betul - betul jaga asas luberjurdil. Saya Langsung
memilih dengan datang ke TPS, BEBAS memilih siapapun tanpa paksaan ya ga peduli
orang tua nyuruh nyoblos yang mana dan saya tetap pada pilihan saya, RAHASIA
siapa yang saya pilih, masalah JUJUR dan ADIL saya serahin sama yang punya
amanah ngurus keberlangsungan pemilu.
Aneh rasanya hanya gara-gara beda pilihan kita saling
bertengkar, adu bacot, saling tuduh. Semua orang tiba-tiba jadi ahli IT, ahli
media, ahli agama, dan ahli hukum. Ada pepatah mengatakan diam adalah emas.
Yup, diamlah kalau belum punya wawasan luas karena setiap statement dari kita
akan berdampak besar. Siapapun nanti
yang menjadi presidennya kita doakan saja amanah. Kita lihat dulu kinerjanya.
Toh kita ini negara demokrasi,dari oleh
dan untuk rakyat. Pemimpin negeri ini yang sesungguhnya adalah rakyat. Jikalau nantinya
presiden tidak amanah, merugikan mayoritas masyarakat, bukankah kita bisa
bersama-sama menurunkan jabatannya? CMIIW. Saya hanya mengingat sejarah soekarno,
soeharto, habibie, dan ahok. Bukankah beliau-beliau tersebut lengser karena
desakan rakyat?
Hal yang paling lucu untuk saya adalah politik sekarang
sangat membawa-bawa agama. Oh, sebentar... maaf sebelumnya, tapi saya merasa
dibawanya agama ke politik saat ini seolah menjual agama tersebut. Kenapa setiap
kampanye harus membawa agama dan ulama, ini terjadi tidak hanya di 02 tapi 01
pun sama saja. Apapun alasannya saya pribadi sangat risih melihatnya. Tidak
perlu rasanya “berteriak” seberapa religius para calon pemimpin kita, untuk
apa? Ibarat memberi sedekah bukannya lebih baik tidak ada orang yang tau selain
diri sendiri dan Allah supaya tidak muncul apa yg disebut riya. Tidak perlu
juga “berteriak” à “inilah
pilihan ulama”. Ya terus kalau pilihan ulama memang kenapa??????? Jika ulama
adalah nabi saya pasti akan ikuti. Saya hanya akan mengikuti apa kata ulama
jika itu tentang sholat, hadis, sunah, sedekah, dll tapi tidak untuk pilihan
politik karena tidak ada pedomannya untuk itu seperti al quran.
Ulama sama seperti orang lainnya yang memiliki penilaian
kepada calon pemimpin negara berdasarkan apa yang didengar, dan di baca saja. Tidak
adil rasanya yah. Coba kembalikan kepada diri sendiri dulu, saya pribadi sih
kalau dinilai orang lain berdasar apa yang mereka dengar dan mereka baca saja
sih gak terima. Saya lebih suka dinilai oleh orang yang tau saya luar dalam.
Yang sudah bersama saya bertahun tahun lamanya, yang tau busuk2nya saya. Mereka yang hanya mendengar dan membaca berita
tentang saya kan tidak mengenal saya.
Membawa agama dalam setiap kampanye, sepertinya menjadi
andalan politik saat ini. Kampanye bukan lagi berteriak seberapa bagus visi
misi calon pemimpin tapi seberapa religius calon pemimpin. Saya tidak yakin
calon pemimpin tersebut jika terpilih atau keinginannya menjadi pemimpin murni
karena ingin membangun negara. Bisa jadi mereka juga sama seperti kita kan yang
prefer ingin harta dan tahta? Membangun negara adalah kewajiban dari pilihan
mereka yang ingin jadi pemimpin negara bukan murni sebuah keinginan dan cita
cita. Ok, CMIIW.
Saya pribadi tidak mau menilai seberapa religius calon
pemimpin karena yang tau kebenarannya ya hanya orang2 yang sudah mengenal
mereka lama dan orang-orang yang berkerja dengan mereka. Saya menilai
berdasarkan sifat, sikap, dan kinerjanya (diluar kegiatan kampanye). Itu pun
saya tidak yakin karena saya hanya melihatnya dari sejarah beliau-beliau dan
melihatnya dalam setiap wawancara di media ataupun statement statement yang
mereka keluarkan.
Intinya, sudahlah kita berjalan di porsi kita masing-masing.
Tidak perlu berteriak-teriak membela siapa yang didukung. Tidak perlu. Doakan
saja siapa pun yang terpilih akan amanah. Serahkan semua kepada Tuhan. Siapa
pun yang terpilih sudah takdir Tuhan kan??? Tidak perlu memposting ini itu di
sosmed. Tetap jaga asas pemilu yaitu RAHASIA. Selama kita merahasiakan pilihan
kita, maka kita akan damai.