Tanggal 1 Maret 2021 pada akhirnya aku mendapatkan pekerjaan
tetap. Tidak ada lagi kekhawatiran tiap tahun atau per berapa bulan sekali
apakah aku harus resign atau nggak. Aku harap ini merupakan keputusan yang
benar. Menjadi seorang IT Programmer memang merupakan impianku dan ini adalah
buah dari jatuh bangunku mengejar karir dari tahun 2013.
Aku selalu berpikir hidupku ini isinya selalu tentang perjuangan, perjuangan untuk tetap bernafas dan waras, tapi demi menyamakan cerita dengan judul maka cerita ini memiliki scope yaitu hanya perjuanganku saat meniti karir. Iya, aku sangat berambisi bisa menghasilkan uang sendiri dari dulu hanya saja situasi dan kondisi mengikat langkahku.
Tahun 2013 aku ingat, aku berjualan brochess yang aku buat
sendiri dari benang rajut. Aku memang punya sedikit bakat dalam menjahit dan
merajut, tetapi itu tidak bertahan lama karena Ketika hubungan dengan pacarku
saat itu kandas aku merasa duniaku hancur dan ambisiku hilang tidak hanya
tentang mencari uang tapi juga meneruskan pendidikan. Singkat cerita aku yang
ingin kuliah sastra atau komunikasi ini tiba-tiba banting stir ke Teknik informatika.
Aku ingat, pertama kali masuk kuliah di Teknik Informatika aku
merasa salah membuat keputusan. Demi apa, aku bahkan tidak punya laptop. Sering
kali aku harus pinjam laboratorium fakultas waktu ada tugas kuliah yang
meharuskan untuk coding. Betapa pusingnya aku ketika pertama kali berkenalan
dengan Bahasa pemrograman yaitu c++ . Untunglah saat awal kuliah aku tidak
memiliki teman yang bisa diandalkan, jadi saat itu aku berpikir “tidak, aku
harus bisa dan harus belajar sampai bisa karena temen-temen ga ada yang bisa
bantu bukan karena ga mau tapi karena mereka juga ga bisa, jadi aku harus bisa
untuk bantu mereka dan diriku sendiri”. Tidak sangka itu benar terjadi. Aku
sering sekali diandalkan oleh teman-temanku untuk beberapa tugas kuliah dan aku
senang membantu mereka.
Ah… iya… pada tahun 2014 aku sudah memiliki laptop. Tapi
saat itu aku belum paham mengenai spesifikasinya jadi waktu itu beli laptop
hanya karena bentuknya kecil dan berwarna putih. Ternyata spesifikasinya
benar-benar low. RAM aja masih 2 GB, intel Celeron pula. Yap.. bayangkan betapa
kesabaranku harus diuji ketika harus coding dengan android studio di laptop itu.
Tahun 2015 aku ingat, aku mulai mencoba berjualan kerajinan
tangan lagi. Saat itu aku berjualan amigurumi. Iya, kreatif bukan? Aku menjual
1 amigurumi seharga Rp 30.000 , sayangnya lagi-lagi aku harus gulung tikar bukan
karena ga ada yang beli tapi aku ga sanggup disambi kuliah. Padahal salah satu
dosenku sudah menawarkan untuk membantu membesarkan bisnis amigurumi itu. Lalu
aku mendaftar menjadi asisten dosen. Gajinya tidak besar per-semester berkisar
Rp 80.000 – Rp 150.000 untuk satu kelas. Tapi orientasiku menjadi asisten dosen
bukanlah uang, melainkan ilmu karena jika aku jadi asisten dosen aku terdorong
untuk belajar lebih dalam agar dapat mengantar adik-adik angkatanku menjadi
mahasiswa yang baik dan cerdas. Aku sangat tegas Ketika mengajar. Bisa dibilang
juga galak, maka dari itu mayoritas adik-adik Angkatan tidak ada yg mau masuk
ke kelasku hehehehe.
Pada tahun yang sama aku juga ambil pekerjaan sebagai tutor
matematika dan Bahasa inggris untuk sekolah dasar di suatu bimbingan belajar.
Tetapi tidak lama karena gaji nya tidak bisa menutupi uang transport yang aku
keluarkan.
Tahun 2016 awal, aku masih menjadi asisten dosen dan aku
kerja praktek di suatu sekolah dasar. Di sekolah dasar itu aku membangun sebuah
system perpustakaan sudah lengkap dengan kartu anggota yang memiliki QR code,
mantap bukan? Aku tidak mendapat bayaran di kerja praktek itu karena yang aku pentingkan adalah nilai
kuliahku. Alhamdulillah aku bisa mendapat nilai sempurna untuk kerja praktekku.
Untuk mencari tambahan uang aku mengikuti event-event kampus yang ada uangnya
seperti seminar kebangsaan, panitia wisuda, panita pengenalan kehidupan kampus.
Hei… by the way tahun 2016 ini laptop aku sudah sekarat
ahahahaha jadi aku pinjam laptop pacarnya kakakku. Itupun laptopnya engselnya
sudah goyang… ya Allah sabarnya diriku haha.
Tahun 2016 akhir, aku memutuskan untuk langsung mengambil
skripsi. Di saat yang sama aku juga memutuskan mengambil part time di CV milik
seniorku sebagai programmer. Tetapi setelah pengisian KRS aku berubah pikiran.
Ternyata ada beberapa mata kuliah yang masih harus aku ambil dan aku pikir aku
ga bisa fokus kerja disambi nyusun skripsi dan kuliah akhirnya aku resign. Gaji
pertamaku saat itu berjumlah Rp 1.000.000 dan langsung habis aku belikan ayam
KFC dan ice cream nya untuk dibagikan ke anak-anak di tongkrongan yang saat itu
jumlahnya ada lah 20 lebih hehehehe.
Setelah melalui drama yang sangat panjang tahun 2017 awal
aku dinyatakan lulus. Aku langsung apply ke banyak perusahaan setelah
menggenggam surat keterangan lulus. Aku jalan bolak-balik
Jakarta-depok-jakarta-depok tidak peduli hujan, panas aku mendatangi
undangan-undangan interview. Akhirnya perjuangan dan doaku mendapat jawaban.
Sebelum wisuda aku sudah tanda tangan kontrak di suatu perusahaan konsultan IT
milik orang India. Aku bekerja sebagai web developer. Pertama kali bekerja,
sungguh rasanya seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Aku tersadar masih
banyak yang aku tidak tau, dan aku sangat tersiksa dengan rasa gengsi untuk
mengakui skill diriku apa adanya.
Pada suatu hari, aku mendapat masalah. Suatu system yang aku
pic-kan muncul bug dan aku kesulitan membunuh bug itu. Tujuh hari hampir 24 jam
aku diteror oleh client dan atasanku. Sampai aku merasa beban untuk membuka
line dan WA. Aku ingat atasanku marah saat itu karena aku tidak bisa
menyelesaikan bug dan tidak ada anggota team yang bisa membantu. Dan di hari
dimana atasanku berkata, “you just warm your chair” aku merasa sangat kesal.
Keluar dari ruangan atasan, aku langsung merapikan barang – barang untuk dibawa
pulang. Dalam hati aku berkata, “liat aja, gue buktiin gue bisa bunuh bug itu.
Tapi setelah itu gue gak mau lagi kerja sama lo!”. Seharian aku berusaha
mencari bug itu sampai aku tidak ingat makan siang. Sepulang dari kantor aku
buka laptop pribadiku dan meremote kerjaan. Semalaman aku terus mencari bugnya
dan AKHIRNYA AKU MENEMUKAN BUG NYAAA!!!!!! Dan sangat kesal sekali ternyata
bugnya hanya sebaris code yang di comment. Aku hanya uncomment lalu… PUUFFF!!!
Bugnya pergi anjir! Bajingan… benci banget laaaaah wkwkwk. Aku langsung menutup
ticket nya dan bernafas sangat lega.
Keesokan harinya, aku tidak datang ke kantor lagi dan
langsung menuju kampusku untuk meminta lowongan ke dosenku. Saat itu kacau, HRD
dan atasan kantorku terus menerus menghubungi untuk kembali, teman-teman
kantorku banyak yang bertanya aku udah dapet kerja lagi atau belum dan dimana.
Aku hanya menjawab, “udah di kampusku” padahal mah aku sama sekali belum dapet
kerjaan. Tapi aku gak mau kembali ke kantorku rasanya masih kesal sekali dengan
perkataan atasanku, dan kalo ingat gajiku sering sekali dipotong karena aku
telat datang ke kantor, pernah gajiku terpotong Rp 700.000 pusing ga tuh? Wkwk
mana gaji mah batas UMR banget… dah lah.. ogah.
Tiga bulan lamanya aku menganggur dan terus meminta lowongan
di rektorat kampusku. Aku mejual semua tabungan emasku untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Aku bersikeras mendapatkan kerjaan di rektorat kampusku dan tidak
apply ke tempat lain. Saat itu aku berpikir tidak mau idealis lagi. Aku tidak
mau jadi programmer. Akhirnya tahun 2018, aku pun mendapat pekerjaan sebagai
staff di Lembaga pengembangan dan Pendidikan kampusku.
Sebagai staff IT di Lembaga pengembangan dan Pendidikan job
desk ku adalah menjadi admin learning management system, mempersiapkan meeting
dari undangan sampai makanan, mengarsipkan dokumen, membuat SK, dan kadang aku
membantu atasanku yang saat itu dosen farmasi menyiapkan tugas mahasiswa.
Aku bekerja di sana selama 1 tahun 6 bulan. Apakah aku
Bahagia? Tidak hehe apalagi atasanku galaknya minta ampun. Aku beberapa kali
sampe nangis di kamar mandi kantor karena ngebatin diomelin dengan alasan ga
jelas. Kalo kata temen-temen aku kuat banget masih bertahan dengan atasanku
padahal anak buahnya yang sebelum aku sampe ada yang pingsan ngadepin dia
wkwkwk. Dan entah kenapa aku merindukan ngoding. Aku yakin aku bisa menempuh
kesuksesan kalo jadi programmer, aku berpikir keputusanku Ketika memilih
banting stir sebagai staff IT dan administrasi adalah keputusan yang
terburu-buru karena emosi dengan atasan sebelumnya.
Tahun 2019 aku nekat menyebar cv ke perusahaan yang membuka
lowongan IT. Tetapi saat itu sebetulnya aku takut untuk mencoba menjadi
programmer. Aku vacuum ngoding 1 tahun lebih, pasti akan kagok. Jadi, aku
mencoba peruntungan sebagai QA, dan BA dan hasilnya… nihil. Stress rasanya,
sampe akhirnya 2 hari penuh aku berdoa terus kalo pengen kerja di bidang IT
lagi. Aku berdoa tidak hanya saat
selesai sholat, tapi juga Ketika aku diam. Setiap ada undangan interview pasti
aku datangi Jakarta, depok, bahkan sampai Bekasi pun aku jabanin. Lelah banget
rasanya, sempet aku hampir nangis sendiri di stasiun cakung setelah pulang dari
interview.
Agustus 2019 sumpah gak nyangka akhirnya aku diterima di
kantorku sekarang. Padahal aku berkata jujur dan apa adanya mengenai skill
codingku yang menurun karena vacoom 1 tahun lebih. Aku betul-betul Bahagia saat
itu. Tapi ternyata hidupku ini memang isinya perjuangan. Allah pengen berikan
aku ujian LAGI 😊
Lanjut part 2 yaaa.
0 komentar:
Posting Komentar