Apa sih yang gue mau? pertanyaan itu berputar-putar dalam pikiran gue 6 bulan ini. Pertanyaan yang selalu berubah jawabannya semakin bertambahnya pemahaman gue tentang hidup diluar itu salah atau benar.
Dari yang tadinya keras kepala apa yang gue mau harus sejalan, sampai akhirnya gue pasrah mengikuti alur skenario yang sudah dirancang Allah. ...
Dari yang tadinya keukeuh ga mau menikah kecuali sama mantan, sampai akhirnya gue pasrah dan mulai membuka hati untuk yang lain...
Tapi gue gak mau menjalani pacaran lagi. Demi, gue trauma. Sayangnya gue ga bisa cerita apa yang membuat gue trauma di sini.
Saat ini memang gue menginginkan seseorang (laki-laki) yang serius sama gue. Bukan untuk status semata. Tapi memang terkadang di moment-moment tertentu gue butuh sosok yang bisa gue ajak sharing, berbagi cerita. Karena gue anak bungsu, dan entah kenapa kalo di luaran selalu aja ada orang yang 'iseng' sama gue dari dulu jadi rasa khawatir keluarga gue ke gue itu sangat amat besar. Jadinya kadang kalo gue cerita ada yang gimana-gimana sama gue, atau cerita gue sakit keluarga gue langsung membenci 'apa yang bikin gue sakit' bahkan kalo bisa mereka akan musnahin.
Kenapa harus laki-laki? karena teman perempuan gue kebanyakan pada sableng kalo nanggepin gue cerita. Yaa ga bisa disalahin juga sih, karena gue kebanyakan suka bercanda kalo sama mereka. Tapi gue menginginkan laki-laki yang tidak sembarangan. Dalam artian laki-laki yang mau menerima segala kekurangan gue dan masa lalu gue. Laki-laki yang mampu membimbing gue untuk tetap berjalan di jalanNya. Membimbing dalam artian mau mengajari apa yang belum gue tau tentang islam, dan mengajak gue menaati perintahNya. Laki-laki yang sudah siap mengambil seluruh tanggung jawab bapak ke gue. Itu lah kenapa gue mau walaupun tanpa pacaran laki-laki ini harus tau siapa gue dulu dan sekarang, dan gimana gue. Tidak susah untuk tau siapa dan gimana gue, jika bertanya gue siap untuk memberitau. Tapi kalau tidak mau bertanya, cukup lihat lah di sosial media gue, di blog ini, atau dari teman-teman terdekat gue. Dan laki-laki ini harus kenalan dulu sama orang tua gue. Harus bisa meyakinkan bapak dan ibu kalau gue akan aman kalo sama dia. Intinya harus mau berjuang kalo mau serius sama gue. Harus bisa mengubah mindset bapak dan ibu juga dalam hal "mendahului kakak menikah". Jika memang sudah jodohnya pasti dilancarkan.
Permasalahannya adalah udah langka banget laki-laki yang bisa begitu. Giliran ada, yaa flat aja gtu sewaktu gue bilang "tidak" terus udah langsung hilang. Iya, gue paham gue bukan permata, bukan emas, bukan seorang putri kerajaan yang mungkin pantas diperjuangkan mati-matian. Tapi gue ini tetap milik bapak ibu gue yang selalu memandang gue sebagai permata mereka yang cantik. Yang selalu ingin gue jatuh ditangan yang lembut tanpa duri. Syuuusyaaahhh... tapi yaudahlah sabar aja sambil terus perbaiki diri. Gue masih percaya skenario Allah lebih indah. :)
