Dahulu kala hiduplah seorang laki-laki. Ia sangat kaya, hartanya menumpuk. Wajahnya tampan, parfumnya mahal, dan ia sangat fhasionable. Laki-laki itu memiliki 4 orang sahabat dimana yang 2 wanita dan yang lain laki-laki. Ia sangat royal terhadap 4 sahabatnya itu. Selalu saja ia mengabulkan apa yang mereka mau. Ia sering mengadakan pesta setiap minggu di rumahnya yang megah bak istana dan membagi-bagikan doorprize yang nilainya puluhan juta rupiah.
Suatu pagi laki-laki yang kaya itu sedang bersantai di teras rumah. Ia sedang menikmati kopi sambil duduk di kursi goyang dan menghisap batangan rokok terakhirnya. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki setengah baya menghadapnya. Ia tersenyum dengan sangat ramah menatap laki-laki kaya itu. Laki-laki kaya itu menghembuskan asap dari mulutnya hasil dari hisapan rokok.
"permisi pak..", kata laki-laki setengah baya
"tak perlu berbasa-basi, katakan apa tujuanmu datang menghadapku", kata si laki-laki kaya dengan tegas
Lagi-lagi laki-laki setengah baya tersenyum lalu berkata," sudikah kau menyumbangkan sedikit dana untuk membayar keamanan di lingkungan kita?"
Seketika menyipitlah mata laki-laki kaya itu. Dilemparkannya rokok yang ia hisap ke arah laki-laki setengah baya. Untunglah laki-laki setengah baya itu sempat menghindar.
"berapa yang kau bilang sedikit??! 140 ribu? 300 ribu?!", tanya laki-laki kaya dengan gusar
"tidak.. tidak segitu", sanggah laki-laki setengah baya
"keluar kau dari rumahku!! tidakkah kau lihat?! aku punya satpam, aku punya bodyguard. Aku tak butuh apa yang kau katakan!! keluar kau!!", bentak laki-laki kaya
Lalu laki-laki setengah baya itu pun pergi sambil mengelus dada. Sampai di depan pintu gerbang rumah, ia berdoa pada Tuhan, " oh Tuhan, maafkanlah ia, berikanlah yang terbaik untuknya"
Seperginya laki-laki setengah baya itu, laki-laki kaya kembali menikmati paginya. Rokoknya telah habis, ia pun mengambil kopi yang telah hilang panasnya.
"selamat pagi..."
Tiba-tiba datanglah seorang pemuda dan pemudi. Sang pemuda memegangi sebuah buku berwarna hijau sedangkan sang pemudi memegang sebuah tabung dengan lubang panjang diatasnya.
"apa tujuanmu? jangan merusak pagiku", tanya laki-laki kaya itu dengan ketus
"Tidak pak, kami tidak akan merusak pagi anda. Kami datang ke sini untuk meminta sumbangan membangun rumah Yatim Piatu pak", kata sang pemuda takut-takut.
"Kau meminta sumbangan dari ku? Apakah aku harus mengeluarkan uangku untuk membangun rumah Kalian??"
"Maaf pak, jika anda berkenan 50ribu saja sudah lebih dari cukup untuk kami maka Tuhan akan mengembalikannya kepada-mu lebih banyak", jawab sang pemudi
"Hei, kau! kau lihat rumahku?? sebesar ini, aku membangunnya dengan uangku sendiri, dengan hasil jerih payah ku 15 tahun ini. Apakah kau pikir aku mendapatkannya dari Tuhan?? aku tidak pernah meminta apapun dari-Nya dan Dia tak pernah memberikan apapun pada ku jadi buat apa aku harus mengeluarkan uangku untuk membangun rumah kalian?? KELUAR KAU SEMUA!!!", kata laki-laki kaya dengan lantang sekali
Pemuda-pemudi itu langsung berlari menjauhi laki-laki kaya itu, mereka keluar dari rumah laki-laki kaya dengan tubuh yang gemetar. Mereka masih terlalu muda. Jiwa mereka masih belum seimbang untuk menerima amarah sebesar tadi. Sesampainya mereka di depan gerbang rumah laki-laki kaya, mereka pun berdoa, " oh Tuhan, maafkanlah ia dan berikanlah yang terbaik untuknya"
Laki-laki kaya masih berusaha untuk menikmati waktunya yang tersisa walaupun hatinya telah dipenuhi api amarah karena apa yang sudah terjadi. Ya, laki-laki ini memang royal tapi ia sangat kikir untuk membantu orang yang tidak mampu. Royalnya sangat tidaak bermanfaat hanya untuk memamerkan kekayaannya saja.
Laki-laki kaya menghela nafas panjang. Lalu ia mendekatkan cangkir kopi ke hidungnya dan mencium harum aroma kopi susu dari cangkir tersebut. Ia baru saja akan meminumnya ketika seorang wanita tua bersama seorang anak datang lalu duduk bersimpuh dihadapannya. Terpaksalah si laki-laki kaya menaruh cangkirnya lagi hingga tumpahlah sedikit kopi di atas meja. Belum sempat pula ia mengeluarkan cacian yang ia tahan, wanita tersebut sudah memohon-mohon padanya sambil menangis.
"saya mohon tuan, berikanlah sedikit saja uang atau makanan untuk kami. Kasihanilah aku dan anakku yang sudah tak makan beberapa hari ini. Suamiku baru saja meninggal tuan. Umurku sudh tua sehingga sangat susah mendapatkan pekerjaan. Saya mohon, demi anak saya tuan"
Tak seperti sebelumnya, kali ini si laki-laki kaya tak berbicara sedikitpun. Ia terdiam seribu bahasa melihat wanita tua dan anaknya itu bersimpuh memohon padanya sambil menangis tersedu-sedu. Ia berdiri dari menghampiri wanita itu sembari membawa cangkir kopi miliknya. Di sodorkannya cangkir kopi itu kepada wanita tua, wanita tua terlihat senang menerima kebaikan laki-laki kaya itu. Tangan wanita itu meraih untuk menerima cangkir kopi, lalu....
PYUR!!
Sungguh jahat apa yang dilakukan si laki-laki kaya, ini sangatlah tidak pantas. Ia justru malah menyiramkan kopinya ke wajah wanita tua itu. Ia telah menghancurkan harapan dan menghapus senyuman wanita tua itu. Wanita tua itu panik karena kopi yang disiram tak hanya membasahi wajahnya tapi juga mengenai matanya hingga terasa perih. Anaknya yang sedari tadi diam pun akhirnya menangis sambil berusaha membersihkan air kopi di wajah ibunya itu.
"KELUAR KAU ATAU KU SIRAM KAU DENGAN AIR PANAS!!", tantang si laki-laki kaya
Wanita tua itu pun keluar dari rumah laki-laki kaya. Di gendongnya sang anak yang terus saja menangis. Dan sesampainya ia di depan pintu gerbang rumah si laki-laki kaya, ia berdoa pada Tuhan, "oh Tuhan, maafkanlah ia dan berikanlah yang terbaik untuknya"
***
Dua tahun kini berlalu. Si laki-laki kaya semakin bertambah kaya. Namun tak ada perubahan di dirinya. Akhirnya sesuai permintaan orang-orang yang dua tahun lalu berdoa di depan pintu gerbang rumahnya, Tuhan pun memberikan yang terbaik untuk si laki-laki kaya. Ia membuat laki-laki kaya itu terkena tipu oleh seorang sahabatnya yang laki-laki sehingga habislah seluruh hartanya. Dan hanya dalam 1 malam ia menjadi laki-laki miskin. Bahkan lebih miskin daripada wanita tua yang dulu datang bersimpuh padanya. Rumahnya tergadaikan, perusahaannya diambil alih, dan seluruh tanahnya pun terjual habis. Sekarang wanita tua yang dulu pernah disiramnya itu telah dipersunting oleh pejabat tinggi hingga makmurlah hidup ia dan anaknya.
Betapa malang nasib laki-laki itu. Ia tak tau harus tinggal di mana. Salah satu sahabatnya yang laki-laki telah mengkhianatinya. Sedangkan salah satu sahabatnya yang wanita tak sudi berteman dengannya lagi karena ia miskin. Si laki-laki ini tak berani datang kepada sahabat wanita yang satu lagi karena ia takut akan diusir pula seperti ketika ia datang memohon kepada sahabat wanita sebelumnya. Hari-harinya kini ia habiskan dijalanan. Siang meminta-minta, malam tidur di jalanan.
Suatu malam hujan turun deras sekali membuatnya tidak bisa tidur di pinggir jalan. Ia mencari tempat di teras-teras toko namun setiap tempat yang ia datangi telah terisi. Ia terpaksa terus berjalan dalam gelapnya malam. Badannya menggigil. Harta satu-satunya yang ia punya kini hanyalah baju yang melekat di badannya. Alas kaki?? ia tak memilikinya. Ia terus berjalan dalam derasnya hujan hingga akhirnya ia menemukan sebuah rumah Tuhan yang megah. Ia pun masuk ke dalamnya. Matanya mengelilingi seluruh isi dalam rumah Tuhan itu. Ditemukannya seorang pemuda dan pemudi. Mereka sedang membaca kitab Tuhan di bimbing oleh seorang wanita muda yang cantik jelita yang ternyata adalah sahabat wanitanya yang satu lagi. Lalu laki-laki itu berjalan mendekati mereka. Bibirnya yang membiru bergetar karena menggigil.
Melihat seorang laki-laki tanpa alas kaki dan tubuh yang menggigil, pemuda-pemudi itu merasa iba. Namun setelah memperhatikan wajahnya tiba-tiba pemuda-pemudi itu langsung berlari ke belakang wanita cantik pembimbing mereka. Wajah pemuda-pemudi itu ketakutan melihat laki-laki itu. Dan teringatlah laki-laki itu melihat wajah ke dua pemuda-pemudi itu. Mereka adalah pemuda-pemudi yang dua tahun lalu telah diusirnya. Seketika itu juga si laki-laki berlutut dan menangis. Ia menyesali apa yang telah diperbuatnya dahulu. Sifatnya yang royal, boros dan kikir telah membuatnya merasa sia-sia dengan usahanya mengumpulkan harta yang berlimpah selama 15 tahun. Itu semua hilang dalam satu malam!.
Untunglah sahabat wanitanya itu tak seperti sahabatnya yang lain. Ia justru membawa si laki-laki pulang ke rumahnya. Ia menghadapkan laki-laki itu ke depan orang tuanya. Betapa malu dan sedihnya hati si laki-laki. Ia tak menyangka ternyata istri dari ayah sahabatnya ini adalah wanita yang dulu pernah ia siram wajahnya dengan kopi. Ia pun kembali menangis dan bersimpuh di hadapan wanita tua itu. Ia meminta maaf atas segala perbuatannya. Untungnya wanita itu dengan tulus memaafkan. Dan saat itulah ia baru tau kalau rumah Tuhan yang tadi ia datangi adalah bagian dari rumah Yatim Piatu yang dulu saat dalam pembangunannya ia menolak untuk menyumbang.
Setelah si laki-laki meminta maaf terhadap orang-orang yang dulu pernah disakitinya, kehidupannya makin baik. Ia diangkat menjadi kaki tangan ayah sahabat wanitanya itu. Bahkan sahabat wanitanya itu kini telah menjadi istrinya. Sang istri telah mengubah dirinya menjadi manusia yang lebih baik. Perlahan tapi pasti, gaji sebagai kaki tangan ayah istrinya ia gunakan untuk membangun kembali usaha yang dulu direbut oleh salah seorang sahabat.
Hari-hari terus berlalu, usaha yang dibangun si laki-laki sudah cukup maju. Ia pun tidak lagi menjadi kaki tangan ayah istrinya itu. Lalu dapat kabarlah ia mengenai dua sahabatnya yang dulu menyakiti hatinya. Yang laki-laki tertangkap polisi dan yang wanita terjerat kasus narkoba. Yang laki-laki terbongkarlah kejahatannya telah menipu si laki-laki sehingga seluruh harta si laki-laki yang dulu kembali menjadi miliknya.