Sebenarnya aku agak ragu menceritakan jatuh bangunku di kantor ini. Aku takut blog ini ketahuan dan orang-orang yang tidak akan aku sebutkan namanya di sini bakal paham gitu kalo aku sedang menceritakan mereka. Tapi…. Yaudahlah ga apa kali ya, lagi siapa aku sampai mereka iseng gitu nyari blog ini haha.
“Gimana rasanya kantor baru?”, tanya temanku saat itu.
“waaahhh… gue cewe sendiri cuy! Tapi keknya orangnya pada
baik-baik. Gue ditraining dulu juga gak kek waktu di kantor orang india itu”,
jawab gue
“ada yang lu suka gak?”
“dih? Hahahaha ada sih, tapi orangnya mah pendiem
keliatannya, gue kan aslinya begajulan haha mana bisa dia suka sama gue”
Percakapan di atas aku sematkan dalam cerita ini sebagai
clue di cerita berikutnya. Aku memang se-excited itu sama kantor ini pada
awalnya tapi semua penilaianku berubah ketika aku tersangkut drama yang seperti
benang kusut. Aku kesal ketika mendengar rumor bahwa atasanku ngedeketin aku, padahal
atasanku itu sudah berkeluarga. Aku yang masih merasa sekelilingku asing tidak
memiliki ruang untuk speak up. Awalnya aku just ignore semua rumor itu tapi
lama kelamaan aku mempercayai rumor tersebut. Setiap mau berangkat kantor
rasanya berat banget, pas udah pulang ya bad mood.
Sudah rumor dengan atasan ini memberatkan hari-hariku eh aku
dekat dengan orang yang salah. Orang yang hampir tiap malam meneleponku dan
rajin chat meskipun sedang berada di ruangan yang sama denganku. Aku
menceritakan semua yang aku rasakan ke dia dan bisa dibilang setiap waktu dia
terus mengompori aku mengenai rumor dengan atasanku. Tanpa aku sadari kedekatanku
dengan dia justru menumbuhkan rumor baru dan aku terseret ke dalam drama
hubungan dia dan pacarnya.
Aku berani bersumpah tidak pernah tau kalau dia tidak single
karena dia tidak pernah mengakui hubungan dengan pacarnya itu. Pernah suatu
hari aku mulai mempercayai rumor tentang hubungan dia dengan pacarnya, aku
mulai mengambil langkah untuk menjauhi dia. Aku bilang bahwa aku tidak mau
bercerita lagi ke dia, aku mau jaga jarak, cukup rumor dengan atasanku saja aku
sudah Lelah aku tidak mau menambah beban lagi dengan menjadi orang ketiga di
hubungan dia dan pacarnya. Tapi memang aku ini bodoh, masih saja percaya dengan
kata-kata dia yang manipulatif. Dia bersikeras bilang kalau ga punya hubungan
sama pacarnya itu. Dan ya… semakin lama drama itu semakin memanas.
Entah rumor dengan atasanku atau rumor dengan dia dan
pacarnya, semuanya membuat hari-hariku berat. Bodohnya perasaanku semakin
terlibat kepada dia sampai di satu titik dimana aku muak dengan semuanya. Aku
sudah tidak peduli lagi bagaimana image aku di kantor akibat 2 rumor tersebut. Kalau
diingat Kembali bisa-bisanya aku baper ke dia padahal orang pertama yang aku
suka dan aku ceritakan ke temenku bukan dia. Tapi ya bagaimana tidak baper
ketika aku lagi diterjang badai, dia yang selalu ada nemenin aku. Kadang aku
berpikir sepertinya aku yang selama ini salah mengartikan kebaikan dia tapi
ayolah mana ada laki-laki yang selalu ngebayarin makan seorang perempuan kalau cuma
mau berteman dan semua pertanyaan-pertanyaan absurd dia ah… benci sekali aku
mengingatnya sekarang. Aku memusuhinya dan bertahan tidak berbicara dengannya
selama 3 bulan. Sedangkan rumor dengan atasanku, setelah melalui ‘persidangan’
dengan senior manager dan HRD aku menganggapnya sudah clear dan membuang segala
kepercayaanku akan rumor tersebut.
Kadang aku bingung ujianku berat sekali. Tekanan yang aku
dapat tidak dari kantor saja. Aku yang semenjak bekerja di kantor ini sering sekali
lembur, kadang membuat orang tua dan beberapa temanku tidak menyukainya karena
aku kehilangan waktu untuk mereka.
Tahun 2020 aku dekat dengan seorang pria di luar lingkungan
kantor. Semenjak itu aku memutuskan untuk berdamai pula dengan dia yang
kuceritakan sebelumnya. Di tahun ini aku sangat amat sibuk dengan pekerjaanku. Menjadi pic untuk 4 sistem, leader 2 project, dan direkrut untuk menjadi programmer pada 4 project lainnya haiiihhh gila banyak banget.
“siapa sih yang ga tau danti mojok sendirian di ruangan
dengan muka merah”, kata atasanku ketika membahas kerja kerasku di tahun 2020.
Ya, aku ingat saat itu aku memang sedang kalut. Load
pekerjaanku banyak dan tiba-tiba aku harus berpisah dengan pria yang sedang
dekat denganku karena suatu hal yang tidak masuk akal buat aku. Haha kalau
dipikir lagi dari dulu aku memang selalu berusaha professional dalam karirku. Aku sedang
sedih, marah, senang apapun itu kerja adalah kerja tidak bisa disatukan. Bahkan
ketika aku sedang sedih-sedihnya dulu ditinggal nikah aku tetap bekerja. Mengambil
cuti hanya karena galau soal cinta tidak pernah ada di historyku.
Ah iya mengenai rumor dengan atasanku itu tak aku sangka
ternyata 1 season aja tidak cukup lanjut ke season 2. Apalagi aku terkena kasus
karna posting sesuatu terkait pekerjaan di Instagram ahahaha jujur aku khilaf.
Rasanya saat itu aku ingin menyudahi semuanya bahkan tekadku sudah bulat untuk
resign. Aku ingin menyerah saja tidak ingin berjuang lagi. Apalagi saat itu pandemic
covid-19 sudah memasuki Indonesia. Aku yang selalu mengabaikan permasalahanku
dengan cara jalan-jalan pun tidak bisa lagi karena harus karantina mandiri. Aku
sangat depresi sampai akhirnya aku berangkat ke bandung ikut kedua orang tuaku
di sana.
Tetapi Allah sangat baik padaku ternyata, Allah memang tidak
akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan. Di saat aku sudah merasa sangat
terpuruk Allah membantuku berdiri kembali.
Tahun 2021 ketika annual meeting diadakan siapa sangka aku
memenangkan The Best IT Employee di kantor ini. Aku juga memenangkan The Best
Project dan masuk nominasi sebagai talent di kantor. Akhirnya aku diangkat menjadi
karyawan tetap.
Salah satu yang mengurungkan niatku untuk resign adalah aku
berpikir setiap kantor pasti ada orang yang suka atau tidak suka terhadap kita
dan aku tidak pernah akan bisa memprediksi bahwa kantor berikutnya akan jauh
lebih baik. Lagipula umurku sudah 25 tahun, aku masih single. Jika aku tidak
pernah beruntung di dalam dunia percintaan, aku harus membuat peruntungan di
dunia karir. Karena 2 hal ini yang akan menjadi penentu masa depanku. Dan aku
sudah lelah kalau harus bolak-balik interview lagi serta menyesuaikan diri
lagi. Sudah waktunya aku mendapat pekerjaan tetap. Bismillah semoga keputusanku
kali ini tidak salah.
Ini adalah perjalanan karirku. Aku yakin ini belum usai, dan aku 5 tahun ke depan pasti bisa menggapai mimpiku untuk memiliki rumah sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar